![]() |
Pict Pinterest |
Tertulis dalam cover “Novel Menggugah tentang Ambisi,
Karier, dan Cinta”. Merupakan sub judul yang menarik dengan tambahan sinopsis
cover bagian belakang membuat pembaca dengan karakter sepertiku ini semakin
tidak kuasa untuk segera membaca dan menghabisinya. Sedikit berlebihan hehe.
Ihsan menuliskan semacam kutipan pada bagian awal buku, “Setiap
orang memiliki dua sisi : Satu untuk orang lain, satu untuk diri sendiri.
Mustahil menyatukan keduanya.” Begitu kalimat yang mencerminkan kisah seorang
perempuan Mesir, bernama Suad dengan pergulatan batin yang sangat luar biasa dalam
lika-liku hidupnya memperjuangkan kesetaraan gender bersama ketiga komposisi
tersebut. Ambisi, Karier, dan Cinta yang berhasil dikemas oleh penulis menjadi
satu kisah sederhana nan menarik.
Sejak mudanya Suad sangat menomorsatukan pendidikan
sampai-sampai ia tidak tertarik untuk menikah. Bahkan Suad sendiri memiliki
pandangan dan konsep berbeda perihal cinta, pernikahan dan rumah tangga disela gombalan-gombalan dari kaum adam yang
mengaguminya sebagai perempuan pintar nan cantik. Namun lanjut kisah, seiring
perjalanan kehidupannya ia memilih untuk menikah sebagai pelengkap kodratnya sebagai perempuan dan mengalami berbagai macam perhelatan
kisah cinta dengan kegagalan-kegagalan yang disebabkan oleh ambisi dan
kariernya. Mengurus rumah tangga, hingga mendidik anak perempuan satu-satunya
pun gagal.
Hingga pada saatnya, ia kembali memutuskan lari dari kehidupan dan tabiat dirinya sebagai perempuan. Pada usia lima puluh tahun, ia membunuh kebahagiaannya dan melupakan bahwa dirinya seorang perempuan.
Hingga pada saatnya, ia kembali memutuskan lari dari kehidupan dan tabiat dirinya sebagai perempuan. Pada usia lima puluh tahun, ia membunuh kebahagiaannya dan melupakan bahwa dirinya seorang perempuan.
Pengambilan cerita dengan sudut pandang orang pertama,
dengan menjadikan Suad sendiri sebagai tokoh utama dalam novel tersebut. Suad menceritakan
kisahnya seperti catatan harian pribadinya, dengan gaya arogan mendobrak sisi kesetaraan gender, namun sayangnya
sedikit merendahkan sisi lain perempuan meskipun dengan pilihan bahasa yang
halus.Penyajian
karakter yang terkesan hitam membuat aku sebagai pembaca larut dalam emosi yang tersaji di dalamnya.